Metodeini baru dilaksanakan mudah-mudahan kedepan ini jadi catatan buat kami di sekolah bahwa guru keliling ini bisa dilaksanakan sesuai harapan kami" ungkapnya. Sementara sambutan hangat disampaikan Ibu Eni, orang tua Wira Bakti siswa kelas 8 SMP SLB B Pancaran Kasih. Petugas Program Guru Keliling sedang mengajar (Dok. RRI)
Dengankata lain, guru memiliki pengaruh terhadap perubahan siswa. Untuk itulah, guru harus dapat menjadi contoh dan menjadi teladan bagi siswa, karena guru adalah representasi dari sekelompok orang pada suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan, yang dapat digugu dan ditiru. Guru berperilaku baik di kelas II SDN
Anita Lie, Guru Besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Unika Widya Mandala Surabaya Sistem pendidikan di Indonesia sudah memperoleh beberapa capaian, di antaranya pemerataan angka partisipasi sekolah yang terus meningkat di berbagai daerah. Pada 2019 angka partisipasi sekolah meningkat menjadi 99,24% pada jenjang SD, 95,51% pada jenjang SMP, 72,36% pada jenjang SMA/SMK dan 25,21% pada jenjang pendidikan tinggi Namun harapan bagi para guru untuk membebaskan anak-anak bangsa dari kegelapan masih belum sepenuhnya tercapai. Semua pemangku kepentingan, terutama para guru masih harus bekerja keras untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Sebagaimana diperlihatkan secara kuantitatif dalam berbagai data asesmen tingkat internasional seperti TIMSS, PISA dan Indeks Pembangunan Manusia. Secara kualitatif dalam pengamatan beberapa pelaku dan pengamat pendidikan, prestasi akademik siswa Indonesia masih jauh di bawah rata-rata. Iklan Pada PISA 2018 yang ditujukan pada anak berusia 15 tahun, Indonesia menempati peringkat 72 pada tes membaca dan matematika, peringkat 70 dalam sains di antara 78 negara. Catatan ini menunjukkan bahwa 40 persen siswa di Indonesia mencapai level 2 atau lebih tinggi dalam bidang sains dibandingkan rata-rata OECD 78 persen. Menurut definisi PISA, pada level 2, siswa bisa menjelaskan fenomena sains dasar dan menilai validitas suatu kesimpulan berdasarkan data yang diberikan. Indonesia sudah berhasil meningkatkan angka partisipasi sekolah dalam dekade terakhir. Namun, masih ada tantangan dalam pembangunan manusia karena perbaikan kualitas manusia sampai dengan saat ini masih memprihatinkan. Selain skor PISA, beberapa studi lain juga menunjukkan kualitas sumber daya manusia Indonesia masih rendah. Studi mengenai kemampuan matematika yang diangkat dalam Kertas Kerja RISE A. Beatty dkk, Nov 2018 mencermati 5 gelombang data dari Indonesian Family Life Survey IFLS mulai 1993 terhadap lebih dari 30 ribu orang di 13 provinsi dan meneliti keterkaitan antara lama sekolah dan capaian belajar. Walaupun Indonesia berhasil meningkatkan angka partisipasi sekolah, namun masih ada kesenjangan serius antara kemampuan matematika peserta didik dengan apa yang seharusnya menjadi capaian belajar sesuai dengan kurikulum. Hanya 11 persen sampel yang telah lulus dari kelas 12 SMA/SMK bisa menjawab soal-soal numerik yang seharusnya diperuntukkan kelas 4. Seperti pembagian 2 digit 56/84, pengurangan pecahan 1/3-1/6, dan desimal 0,76-0,4-0,23. Temuan lain dari studi ini adalah kemungkinan lebih besar anak-anak dengan kemampuan numerik rendah berada di Indonesia Timur, di daerah pedesaan, lebih berumur, dan laki-laki. Rendahnya prestasi siswa sering dikaitkan dengan rendahnya mutu guru karena guru mempunyai peran sangat penting dan strategis dalam penyelenggaraan pendidikan. Ditengarai kekurangan minat di antara orang muda berkualitas untuk menjadi guru disebabkan salah satunya oleh minimnya jaminan kesejahteraan guru seiring dengan revolusi material dalam era globalisasi Lie, 2004, Priyono, 2005 dan Darmaningtyas, 2005. Namun fenomena rendahnya minat menjadi guru di kalangan orang muda telah berubah setelah 2005. Pada Era Reformasi, salah satu upaya strategis menjadikan profesi guru lebih dihargai dimulai dari Undang-Undang 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pemberlakuan undang-indang ini menjanjikan perbaikan kesejahteraan guru melalui pemberian tunjangan profesi bagi guru yang sudah lulus sertifikasi dan telah mendorong banyak orang muda untuk memilih program studi guru. Ada peningkatan besar-besaran pada pendaftaran program-program studi keguruan sejak 2005. Sayangnya, kebijakan yang bertujuan meningkatkan profesionalisme guru ini tidak disertai dengan program menyeluruh untuk reformasi sistemik sehingga belum mencapai tujuan dengan optimal. Banyak Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan LPTK memanfaatkan momentum ini untuk menerima mahasiswa sebanyak-banyaknya. Tapi tidak cukup serius mengimbangi tindakan pragmatis ini dengan perbaikan proses pendidikan para calon guru. Pemberikan tunjangan sertifikasi tidak diimbangi dengan kinerja guru secara sistematis. Penelitian Bank Dunia terhadap pelaksanaan sertifikasi guru pada 2009, 2011, dan 2012 terhadap 240 SD dan 120 SMP meliputi guru dan 90 ribu siswa menunjukkan bahwa program sertifikasi guru oleh pemerintah belum meningkatkan prestasi guru dan siswa secara signifikan. Sertifikasi guru hanya efektif meningkatkan minat kaum muda memilih pendidikan sebagai calon guru. Menurut Mae Chu Chang, Head of Human Development Sector Indonesia, “Sertifikasi guru yang semestinya meningkatkan kesejahteraan dan kualitas guru agar terjadi peningkatan kualitas pendidikan di kelas dan sekolah ternyata tak berjalan seperti yang diharapkan. Prestasi siswa tak meningkat signifikan” Napitupulu, 2012. Program sertifikasi guru yang juga merupakan produk Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada masa itu banyak disorot. Raka Joni 2007 menunjukkan adanya ’cacat ontologik’ dalam konsep kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang diturunkan dari Empat Pilar Belajar UNESCO. Menilai seorang guru dalam 4 kategori sama dengan ’memosisikan keempat kompetensi ortogonal satu sama lain.’ Sebagai ilustrasi, kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil belajar dan pengembangan peserta didik yang terangkum dalam kompetensi pedagogik akan lepas konteks jika tidak dikaitkan dengan kemampuan penguasaan materi pembelajaran. Demikian juga dengan dua kompetensi yang lain, kompetensi pribadi dan sosial. Tidak pernah jelas bagaimana menilai kompetensi pribadi dan sosial seorang guru. Sementara itu, persoalan konseptual pendidikan profesional guru masih belum terselesaikan, program sertifikasi melalui portofolio sudah langsung dijalankan untuk mendukung pelaksanaan Undang-Undang tentang Guru dan Dosen. Sungguh sangat absurd tindakan menggunakan berkas-berkas yang dikumpulkan dalam portofolio untuk menilai kompetensi seorang guru. Ketika guru-guru yang beruntung mendapatkan jatah, meraka berlomba-lomba mengumpulkan portofolio untuk memperoleh sertifikasi demi perolehan tunjangan profesi dan fungsional. Berbagai ekses keikut-sertaan dalam program pendidikan dan pelatihan hanya demi sertifikat, manipulasi berkas, dan kolusi antara pemilik portofolio dan penilai sangat menodai profesi guru dan bahkan melemparkan guru pada titik nadir dalam perjalanan profesinya. Kemudian program sertifikasi guru pun mengalami evolusi dari penilaian portofolio menjadi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru PLPG pada 2011 dan selanjutnya pada 2018 menjadi Pendidikan Profesi Guru PPG Pra-Jabatan dan Dalam Jabatan yang berlangsung sampai sekarang. Sampai dengan akhir 2019, PPG Dalam Jabatan yang diselenggarakan oleh 57 LPTK telah melayani guru di seluruh Indonesia Direktorat Pembelajaran, Kemdikbud dan pada akhir 2020 telah meluluskan guru. Pemerintah tampaknya masih akan melanjutkan program PPG ini dalam beberapa tahun ke depan dan menargetkan penambahan 50 ribu guru profesional baru per tahun. Mengejar target jumlah perlu disertai dengan komitmen perbaikan mutu. Kelanjutan dari kelulusan guru dari PPG perlu dipikirkan dan difasilitasi agar guru bisa merdeka belajar dan menjadi penggerak sepanjang masa profesi mereka melalui program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan PKB. Beiringan dengan perjalanan PPG, Kemdikbudristek juga meluncurkan Program Guru Penggerak sebagai episode ke 5 Program Merdeka Belajar. Kemdikbudristek menargetkan Guru Penggerak di akhir 2024. Sekali lagi, untuk negara sebesar Indonesia dengan populasi termasuk populsi guru yang relatif besar, target jumlah memang tidak bisa diabaikan dan sangat perlu dilakukan. Bisa pula dipahami bahwa dalam banyak konteks, target jumlah seringkali berhadapan dengan tuntutan mutu. Segala upaya berupa kegiatan pelatihan dan program pengembangan profesi guru sudah dan masih harus terus dilaksanakan untuk perbaikan mutu guru. Upaya ini akan bisa efektif jika berangkat dari titik kesadaran guru yang mungkin masih harus berhadapan dengan budaya ketakutan yang selama ini sudah bercokol dalam profesi guru. Mengatasi Budaya Ketakutan Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan perlu karena melalui perubahan, kehidupan tumbuh dan berkembang. Peran pendidikan dalam pembudayaan umat manusia adalah pembebasan peserta didik untuk melakukan perubahan dan pembaruan demi kehidupan. Perubahan masyarakat seharusnya dimulai di sekolah-sekolah karena di tempat inilah pemilik masa depan sedang dipersiapkan. Namun ironisnya, di sekolah peserta didik tidak banyak diberi kesempatan untuk merekonstruksi masa depan. Mereka bahkan diajar nilai-nilai kepatuhan serta belajar menyesuaikan diri dengan sistem, tatanan, norma, aturan, dan nilai yang sudah berlaku di masyarakat. Guru diposisikan sebagai perangkat dalam suatu sistem yang tidak cukup memberikan penghargaan bagi upaya pembaruan dan pembebasan, namun justru sangat menghargai tindakan pengukuhan aturan dan sistem. Pemosisian ini secara sistematis telah menciptakan dan memelihara budaya ketakutan di kalangan guru. Dunia pendidikan telah dibelenggu dan beroperasi dalam budaya ketakutan. Ketakutan guru terjadi secara multidimensional. Ketakutan terhadap sistem dengan segala perangkatnya termasuk penilaian terhadap peserta didik berupa ujian yang diselenggarakan oleh lembaga yang berkuasa, pengakuan atas profesionalitasnya berupa program sertifikasi, penilaian kinerja yang buruk dari kepala sekolah, jaminan atas kesejahteraan dan keberlanjutan karirnya telah menghambat guru untuk menjadi dirinya sendiri secara utuh. Penghapusan Ujian Nasional sebagai Episode Pertama Merdeka Belajar merupakan tonggak penting untuk memutus rantai ketakutan di antara para pemangku kepentingan bidang pendidikan. Pada saat artikel ini ditulis, Asesmen Nasional yang dirancang untuk pemetaan dan perbaikan mutu pendidikan secara nasional baru dilaksanakan satu kali pada September-Oktober 2021. Dampak penghapusan Ujian Nasional dan pemberlakuan Asesmen Nasional terhadap perbaikan mutu peserta didik masih perlu dikaji berdasarkan data-data perolehan. Lebih jauh lagi, keterbelengguan dalam sistem dan ketakutan terhadap kemiskinan juga membatasi guru untuk terus menggali, menjelajahi, dan menemukan nilai-nilai kebenaran dalam bidang ilmu yang diam. Secara lebih mendalam, ketakutan terhadap peserta didik dan dirinya sendiri telah membentengi guru dari panggilan untuk menyapa peserta didik dan membebaskan mereka untuk menemukan diri sendiri. Bahkan, sebagian guru memanfaatkan dan menggunakan ketakutan dalam diri peserta didik untuk mengendalikan proses belajar mengajar. Peserta didik takut terhadap ulangan dan ujian, takut terhadap hukuman, takut menjadi bahan cemooh teman-teman sekelas, dan takut tidak naik kelas. Ketakutan peserta didik inilah yang dijadikan sumber energi penegakan kekuasaan guru di kelas. Ketakutan peserta didik selanjutnya bergabung dengan ketakutan dari dalam guru sendiri untuk membuka hatinya sendiri dan menyapa hati peserta didiknya. Ketakutan para guru terhadap peserta didik telah mengenakan topeng apatisme terhadap perubahan dan sinisme terhadap kondisi peserta didik mutu input yang terus merosot dari tahun ke tahun, motivasi belajar yang rendah, latar belakang keluarga yang tidak mendukung, dsb. Ketakutan-ketakutan ini telah memisahkan guru dari peserta didik. Ketakutan adalah manusiawi dan jarak antara guru dan peserta didik akan selalu ada. Namun, betapapun lebar jarak tersebut, guru seharusnya berkomitmen untuk membangun jembatan dengan peserta didik bukan hanya karena peserta didik membutuhkan guru untuk membimbingnya dalam perjalanan menjadi manusia dewasa tapi juga karena guru membutuhkan pandangan dan enerji dari peserta didik untuk terus memperbaharui kehidupannya sendiri. Ikuti tulisan menarik Anita Lie lainnya di sini.
MenurutSahwa, hal yang diperlihatkan guru saat mengajar menjadi salah satu faktor penyemangat siswa untuk belajar. Menurut Sahwa, hal yang diperlihatkan guru saat mengajar menjadi salah satu faktor penyemangat siswa untuk belajar. Selasa, 2 Agustus 2022; Cari. Network. Tribunnews.com; TribunnewsWiki.com; TribunStyle.com;
Banyak guru gagal memberi tahu siswa dengan tepat apa yang mereka harapkan dari mereka. Salah satu kunci untuk membuat siswa berhasil adalah sepenuhnya transparan dengan mereka tentang harapan Anda. Namun, tidak cukup hanya menyatakan harapan Anda di awal tahun ajaran. Berikut adalah 10 cara Anda dapat mengkomunikasikan dan memperkuat harapan Anda kepada siswa setiap hari. 01 dari 10 Pasang Ekspektasi di Sekitar Ruangan Sejak hari pertama kelas, harapan akan keberhasilan akademik dan sosial harus terlihat secara terbuka. Sementara banyak guru memposting aturan kelas mereka untuk dilihat semua orang, itu juga merupakan ide bagus untuk memposting ekspektasi Anda. Anda dapat melakukan ini melalui poster yang Anda buat mirip dengan yang mungkin Anda gunakan untuk aturan kelas, atau Anda dapat memilih poster dengan kutipan inspirasional—ucapan yang memperkuat harapan Anda seperti “Prestasi tinggi selalu terjadi dalam kerangka harapan yang tinggi.” 02 dari 10 Minta Siswa Menandatangani “Kontrak Prestasi” Kontrak prestasi adalah kesepakatan antara guru dan siswa. Kontrak menguraikan harapan khusus untuk siswa tetapi juga mencakup apa yang siswa dapat harapkan dari Anda seiring berjalannya tahun. Meluangkan waktu untuk membaca kontrak dengan siswa dapat mengatur nada yang produktif. Siswa harus menandatangani kontrak, dan Anda juga harus menandatangani kontrak secara terbuka. Jika mau, Anda juga dapat mengirimkan kontrak ke rumah untuk tanda tangan orang tua juga untuk memastikan bahwa orang tua diberi tahu. 03 dari 10 Kenali Siswa Anda Hubungan guru-murid yang positif dapat menginspirasi siswa untuk belajar dan berprestasi. Pada awal tahun pelajaran Pelajari nama siswa pada akhir minggu pertama. Terhubung dengan keluarga. Bagikan tujuan akademik dan sosial untuk tahun ini. Jika Anda mengizinkan siswa untuk melihat Anda sebagai orang yang nyata dan Anda terhubung dengan mereka dan kebutuhan mereka, Anda akan menemukan bahwa banyak yang akan berprestasi hanya untuk menyenangkan Anda. 04 dari 10 Bertanggung jawab Sangat sedikit yang bisa terjadi jika Anda memiliki manajemen kelas yang buruk. Guru yang membiarkan siswa mengganggu kelas biasanya akan melihat situasi kelas mereka dengan cepat memburuk. Sejak awal, jelaskan bahwa Anda adalah pemimpin kelas. Jebakan lain bagi banyak guru adalah mencoba berteman dengan siswanya. Meskipun ramah dengan siswa Anda itu bagus, menjadi teman dapat menimbulkan masalah dengan disiplin dan etika. Agar siswa memenuhi harapan Anda, mereka perlu tahu bahwa Anda adalah otoritas di kelas. 05 dari 10 Tapi Beri Mereka Ruang untuk Belajar Siswa membutuhkan kesempatan untuk menunjukkan apa yang telah mereka ketahui dan dapat mereka lakukan. Sebelum melakukan pelajaran, periksa pengetahuan sebelumnya. Bahkan ketika siswa mengalami ketidaknyamanan karena tidak mengetahui, mereka sedang belajar bagaimana mengatasi suatu masalah. Hal ini penting karena siswa perlu menjadi lebih baik dalam pemecahan masalah sehingga mereka memiliki kesempatan untuk mengalami kepuasan pribadi dalam menghasilkan solusi. Jangan langsung masuk dan membantu siswa yang kesulitan dengan hanya memberi mereka jawaban atas pertanyaan mereka; sebaliknya, bimbing mereka untuk menemukan jawabannya sendiri. 06 dari 10 Jadilah Jelas dalam Arah Anda Sangat sulit, jika bukan tidak mungkin, bagi siswa untuk mengetahui ekspektasi Anda terhadap perilaku, tugas, dan ujian jika Anda tidak mengungkapkannya dengan jelas sejak awal. Jauhkan arah pendek dan sederhana. Jangan terbiasa mengulang instruksi; sekali harus cukup. Siswa dapat memahami apa yang perlu mereka pelajari dan lakukan untuk menjadi sukses jika Anda menjelaskan secara singkat, dan to the point, apa yang Anda harapkan untuk setiap tugas. 07 dari 10 Buat Dialog Tertulis Alat hebat untuk memastikan bahwa siswa merasa terhubung dan berdaya adalah dengan membuat alat dialog tertulis. Anda dapat memiliki tugas berkala untuk diselesaikan siswa atau jurnal bolak-balik yang sedang berlangsung. Tujuan dari jenis komunikasi ini adalah agar siswa menulis tentang apa yang mereka rasakan tentang apa yang mereka lakukan di kelas Anda. Anda dapat menggunakan komentar mereka—dan komentar Anda sendiri—untuk membimbing mereka sambil memperkuat ekspektasi Anda. 08 dari 10 Miliki Sikap Positif Pastikan bahwa Anda tidak memendam bias tertentu terhadap pembelajaran siswa. Kembangkan mindset berkembang dengan membantu siswa Anda percaya bahwa mereka dapat mengembangkan, dan bahkan meningkatkan, kemampuan paling dasar mereka. Berikan umpan balik positif dengan menggunakan frasa termasuk “Tunjukkan lebih banyak lagi.” “Bagaimana Anda melakukannya?” “Bagaimana kamu mengetahuinya?” “Sepertinya butuh banyak usaha.” “Berapa banyak cara kamu mencobanya sebelum menjadi seperti yang kamu inginkan?” “Apa yang kamu rencanakan selanjutnya?” Mengembangkan mindset berkembang dengan siswa menciptakan kecintaan belajar dan ketahanan. Bahasa Anda harus mendukung siswa dan membantu mereka percaya bahwa mereka dapat dan akan belajar. 09 dari 10 Dukung Siswa Anda Jadilah pemandu sorak bagi siswa Anda, beri tahu mereka sesering mungkin bahwa Anda tahu bahwa mereka dapat berhasil. Gunakan penguatan positif kapan pun Anda bisa dengan menarik minat mereka. Pelajari apa yang mereka suka lakukan di luar sekolah dan beri mereka kesempatan untuk berbagi minat tersebut. Biarkan mereka tahu bahwa Anda percaya pada mereka dan kemampuan mereka. 10 dari 10 Izinkan Revisi Ketika siswa melakukan tugas yang buruk, beri mereka kesempatan kedua. Izinkan mereka merevisi pekerjaan mereka untuk mendapatkan kredit tambahan. Kesempatan kedua memungkinkan siswa untuk menunjukkan bagaimana keterampilan mereka telah meningkat. Revisi mempromosikan pembelajaran penguasaan. Dalam merevisi pekerjaan mereka, siswa mungkin merasa seolah-olah mereka memiliki kontrol lebih. Anda dapat memberi mereka bantuan tambahan—mengingatkan siswa tentang ekspektasi Anda terhadap tugas atau proyek—dalam perjalanan mereka mencapai tujuan yang telah Anda tetapkan untuk mereka.
HarapanGuru dan Harapan Siswa. (+1) Suatu saat kita akan memanggil anak-anak kita yang telah dewasa. Mereka kini telah menjadi seorang ulama, seorang dokter, seorang guru, se0rang yang bermanfaat tentunya. Mereka akan menggenggam masa depan, sehingga kita yang kemudian akan menjadi tua, dan hanya berhadap kepada yang muda.
Untuk banyak siswa, tekanan dan ekspektasi adalah bagian dari pengalaman bersekolah. Ada tekanan untuk tampil baik pada tugas-tugas tertentu, memenuhi standar yang diterapkan oleh sekolah, dan untuk murid meraih potensi maksimalnya. Kemudian, ada pula banyak ekspektasi – bahwa setiap siswa akan mengerjakan pekerjaan rumahnya PR, datang ke sekolah tepat waktu, dan menunjukkan kemampuan terbaiknya. Tekanan menjadi lebih tinggi ketika diikuti dengan kemungkinan buruk yang terjadi bila harapan tidak terpenuhi – kekecewaan guru, nilai yang jelek, atau mendapat teguran keras. Hal ini dibuktikan dalam penelitian. Para peneliti telah menemukan bahwa “kontrol” dari para guru berhubungan dengan minat siswa yang lebih rendah. Meski banyak penelitian yang fokus pada motivasi siswa dan peran guru dalam memberikan harapan positif dan membangun, tidak banyak yang mengulas tentang pengalaman siswa terkait “tekanan dari ekspektasi”. Tidak banyak pula dari kita yang mengetahui bagaimana tekanan ekspektasi ini terjadi dalam kesehariannya, seperti tugas-tugas dan hal-hal lain yang harus dikerjakan karena tuntutan dari guru – dari satu pelajaran ke pelajaran lain, hari demi hari. Penelitian terbaru kami melihat hal-hal seperti ini, kami menemukan bahwa tekanan ekspektasi dari para guru dapat menjadikan para siswa belajar lebih keras – namun, hal ini berdampak negatif untuk beberapa siswa. Di bawah tekanan Dalam penelitian ini, kami bertanya pada 231 siswa di Inggris, terdiri dari siswa kelas lima dan kelas enam. Mereka diminta melaporkan setiap harinya pengalaman belajar mereka satu kali dalam setiap pelajaran, selama satu minggu. Dalam setiap pelajaran, siswa melaporkan mengapa mereka melakukan tugas yang diberikan. Pilihan responsnya adalah, “Saya menikmatinya”, “Saya memilih untuk melakukannya”, dan “Saya tertarik dengan hal itu”. Ini akan digolongkan sebagai “motivasi otonom” – kondisi ketika siswa sendiri yang ingin melaksanakan tugas. Siswa juga dapat memilih “Saya harus melakukannya” dan “guru saya ingin saya melakukannya”. Ini akan digolongkan sebagai “tekanan ekspektasi”. Siswa juga melaporkan seberapa keras mereka belajar dan seberapa percaya diri mereka tentang apa yang mereka pelajari. Para guru pun diminta melaporkan seberapa terlibatnya mereka dengan setiap siswa di kelas, merinci berapa banyak waktu yang mereka habiskan bersama setiap siswa, dan berapa banyak perhatian yang mereka berikan kepada setiap siswa. Siswa yang menghadapi tekanan ekspektasi lebih tinggi dalam pelajaran, belajar lebih keras. Shutterstock Kami menemukan, semakin tinggi ekspektasi tekanan dalam sebuah pelajaran, semakin sulit siswa mengikuti pelajaran selanjutnya. Tapi penelitian kami juga menemukan bahwa siswa mengaku kurang menikmati pelajaran tersebut - dan merasa kurang percaya diri dalam mata pelajaran tertentu. Penelitian kami juga menunjukkan bahwa jika siswa menikmati tugas mata pelajaran tertentu pada pelajaran sebelumnya, maka guru akan memahami hal ini dan cenderung melonggarkan tekanan ekspektasi mereka dalam pelajaran berikutnya. Tetapi ini benar-benar dirasakan oleh para siswa, yang kemudian akan mengurangi usaha mereka – menunjukkan hubungan yang cukup kompleks dan dinamis antara tekanan ekspektasi guru dan usaha, kegembiraan, dan kepercayaan diri siswa. Membebaskan diri Tentu saja, secara realistis, beberapa siswa mungkin perlu dorongan sedikit keras saat memulai, menyelesaikan tugas atau untuk belajar lebih keras. Tetapi, berdasarkan penelitian kami, terlalu banyak mendorong siswa dapat membuat mereka kehilangan motivasi atau kurang percaya diri. Dalam jangka waktu panjang, rasanya keseimbangan antara tekanan dan jaminan yang sesuai diperlukan. Jika tidak, kelelahan dan ketidakpuasan dapat mengambil alih - yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan kinerja akademik. Memang, penelitian menunjukkan bahwa guru-guru yang lebih memperhatikan perspektif siswa dan tidak menekankan realitas perihal tenggat waktu, penyelesaian tugas, dan ekspektasi - jadi mengenal siswa, nilai-nilai, dan pemikiran mereka - cenderung lebih baik dalam mengidentifikasi kebutuhan, minat, dan preferensi siswa, serta dapat memberikan tujuan pembelajaran yang bermakna dengan menggunakan kegiatan yang relevan dan variatif. Read more Feedback from teachers doesn't always help pupils improve Jadi, alih-alih mengandalkan bahasa pengendalian, guru harus berpikir untuk memberikan harapan yang dapat dimengerti, merangkai pelajaran dengan jelas, dan menjelaskan hal-hal secara ringkas. Para guru juga akan mendapat manfaat dari menerima adanya perasaan negatif di kelas - memberi tahu para siswa bahwa tidak apa-apa bila merasa lelah atau gugup. Para guru juga dapat mulai memberikan dukungan dalam interaksi sehari-hari dengan siswa, menggunakan pujian dan dorongan untuk membantu siswa mencapai potensi maksimal mereka. Semua ini diharapkan dapat membantu siswa untuk membuat mereka lebih didukung dan memungkinkan mereka untuk mencapai potensi maksimal mereka di dalam kelas. Franklin Ronaldo menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.
TataTertib Siswa SMAK Harapan. (07.25) untuk mengikuti ibadah dikelas masing-masing kecuali upacara hari Senin diatur sendiri. Setelah bel masuk berbunyi, semua pelajar masuk kelasnya masing-masing dengan tenang. Pelajar yang datang terlambat harus melapor diri kepada guru yang sedang mengajar, selanjutnya ditangani oleh guru piket atau
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Guru merupakan ujung tombak kemajuan pendidikan di Indonesia. Di pundaknya beban berat ditumpukan baik oleh orang tua siswa, pemangku kebijakan dan masyarakat secara luas. Seakan pendidikan di Indonesia melupakan fungsi Tri Pusat Pendidikan -guru/sekolah, orangtua dan tri pusat pendidikan tri pusat pendidikan bersinergi demi tercapainya kemajuan bangsa dan negara. Namun kenyataannya kebanyakan orang tua dan masyarakat kurang mendukung langkah guru untuk memajukan hal tersebut tidak bisa sepenuhnya dipersalahkan. Apalagi jika siswa bersekolah di daerah pinggiran di mana profesinya sebagai petani, buruh, hampir dapat dipastikan bahwa mereka akan kesulitan membimbing anak-anaknya untuk belajar. Kita lihat saja, misalnya untuk materi pelajaran pada jenjang pendidikan dasar, materi disampaikan secara tematik. Pada materi ini siswa dituntut untuk kreatif, mandiri dalam belajar. Oke, jika dilaksanakan di sekolah atau lingkungan perkotaan, mungkin langkah ini bisa berjalan lancar. Namun jika di desa, jangankan membimbing, membaca materi pelajaran sudah sulit dan rumit. Mereka lebih memikirkan bagaimana bisa menyambung juga UN Diganti Apapun, Harapan Guru dan Siswa Nyaman BelajarDalam posisi tersebut, orangtua siswa jelas "pasrah bongkokan" atau pasrah 100% pendidikan anak kepada pihak sekolah. Guru mau tidak mau mengikuti ritme keinginan orangtua. Meski hal tersebut sangatlah nantinya kegagalan pendidikan akan ditujukan bagi mereka. Dinas akan memberikan warning kepada sekolah yang pendidikan siswanya tidak mencapai target. Dengan niat berbakti dan cinta kepada negeri, guru melaksanakan ketugasan itu. Di samping melaksanakan tugas pengerjaan laporan BOS, operator sekolah, dan tetaplah berharap kemajuan pendidikan di Indonesia karena mereka sadar bahwa kesuksesan pendidikan akan membawa kemajuan negara. Guru akan bangga jika negara bisa "berbicara" atau berprestasi dalam kancah mewujudkan kemajuan bangsa dan negara, guru memiliki mimpi dan harapan tertentu dalam proses pembelajaran. Apa saja impian dan harapan guru? 1 2 3 Lihat Pendidikan Selengkapnya
guruuntuk mengembangkan potensinya serta eleluasan k bagi siswa untuk elajar b sesuai dengan emampuan k dan perkembangannya. Untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum tersebut, diperlukan penyediaan buku teks pelajaran yang sesuai dengan kurikulum tersebut. Buku teks pelajaran ini merupakan salah satu bahan pembelajaran bagi siswa dan guru.
Guru Berkomunikasi dengan Kelas. ColorBlind Images/ Bank Gambar/ Getty Images Banyak guru gagal memberi tahu siswa dengan tepat apa yang mereka harapkan dari mereka. Salah satu kunci untuk membuat siswa berhasil adalah menjadi benar-benar transparan dengan mereka tentang harapan Anda . Namun, tidak cukup hanya menyatakan harapan Anda di awal tahun ajaran. Berikut adalah 10 cara Anda dapat berkomunikasi dan memperkuat harapan Anda kepada siswa setiap hari. Pasang Harapan di Sekitar Ruangan Sejak hari pertama kelas, harapan untuk keberhasilan akademis dan sosial harus terlihat oleh publik. Sementara banyak guru memposting aturan kelas mereka untuk dilihat semua orang, itu juga merupakan ide bagus untuk memposting harapan Anda. Anda dapat melakukannya melalui poster yang Anda buat mirip dengan yang mungkin Anda gunakan untuk aturan kelas, atau Anda dapat memilih poster dengan kutipan inspirasional —kata-kata yang memperkuat harapan Anda seperti "Pencapaian tinggi selalu terjadi dalam kerangka harapan yang tinggi." Mintalah Siswa Menandatangani "Kontrak Prestasi" Kontrak prestasi adalah kesepakatan antara guru dan siswa. Kontrak tersebut menguraikan harapan khusus untuk siswa tetapi juga mencakup apa yang dapat diharapkan siswa dari Anda seiring berjalannya tahun. Meluangkan waktu untuk membaca kontrak dengan siswa dapat mengatur nada yang produktif. Siswa harus menandatangani kontrak, dan Anda juga harus menandatangani kontrak secara terbuka. Jika mau, Anda juga dapat mengirim kontrak ke rumah untuk mendapatkan tanda tangan orang tua untuk memastikan bahwa orang tua diberi tahu. Kenali Siswa Anda Hubungan guru-murid yang positif dapat menginspirasi siswa untuk belajar dan berprestasi. Pada awal tahun ajaran Pelajari nama siswa pada akhir minggu pertama. Terhubung dengan keluarga. Bagikan tujuan akademik dan sosial untuk tahun ini. Jika Anda mengizinkan siswa untuk melihat Anda sebagai orang yang nyata dan Anda terhubung dengan mereka dan kebutuhan mereka, Anda akan menemukan bahwa banyak yang akan mencapai hanya untuk menyenangkan Anda. Bertanggung jawab Sangat sedikit yang bisa terjadi jika Anda memiliki manajemen kelas yang buruk . Guru yang membiarkan siswa mengganggu kelas biasanya akan melihat situasi kelas mereka dengan cepat memburuk. Sejak awal, jelaskan bahwa Anda adalah pemimpin kelas. Perangkap lain bagi banyak guru adalah mencoba berteman dengan siswa mereka. Meskipun bersahabat dengan siswa Anda adalah hal yang baik, menjadi seorang teman dapat menimbulkan masalah dengan disiplin dan etika. Agar siswa memenuhi harapan Anda, mereka perlu tahu bahwa Anda adalah otoritas di kelas. Tapi Beri Mereka Ruang untuk Belajar Siswa membutuhkan kesempatan untuk menunjukkan apa yang telah mereka ketahui dan dapat mereka lakukan. Sebelum melakukan pelajaran, periksa pengetahuan sebelumnya. Bahkan ketika siswa mengalami ketidaknyamanan karena tidak tahu, mereka belajar bagaimana mengatasi suatu masalah. Hal ini penting karena siswa perlu menjadi lebih baik dalam pemecahan masalah sehingga mereka akan memiliki kesempatan untuk mengalami kepuasan pribadi dalam menemukan solusi. Jangan langsung masuk dan membantu siswa yang kesulitan hanya dengan memberikan jawaban atas pertanyaan mereka; sebaliknya, bimbing mereka untuk menemukan jawaban bagi diri mereka sendiri. Jadilah Jelas dalam Arah Anda Sangat sulit, jika bukan tidak mungkin, bagi siswa untuk mengetahui harapan Anda tentang perilaku, tugas, dan tes jika Anda tidak mengungkapkannya dengan jelas sejak awal. Jaga agar petunjuk tetap singkat dan sederhana. Jangan jatuh dalam kebiasaan mengulangi instruksi; sekali harus cukup. Siswa dapat memahami apa yang perlu mereka pelajari dan lakukan untuk menjadi sukses jika Anda menjelaskan secara singkat, dan to the point, apa yang Anda harapkan untuk setiap tugas. Buat Dialog Tertulis Alat yang hebat untuk memastikan bahwa siswa merasa terhubung dan diberdayakan adalah dengan membuat alat dialog tertulis. Anda dapat memiliki tugas berkala untuk diselesaikan siswa atau jurnal bolak-balik yang berkelanjutan . Tujuan dari jenis komunikasi ini adalah agar siswa menulis tentang apa yang mereka rasakan di kelas Anda. Anda dapat menggunakan komentar mereka—dan komentar Anda sendiri—untuk membimbing mereka sambil memperkuat ekspektasi Anda. Memiliki Sikap Positif Pastikan bahwa Anda tidak memendam bias tertentu terhadap pembelajaran siswa . Kembangkan mindset berkembang dengan membantu siswa Anda percaya bahwa mereka dapat mengembangkan, dan bahkan meningkatkan, kemampuan paling dasar mereka. Berikan umpan balik positif dengan menggunakan frasa termasuk "Tunjukkan lebih banyak." "Bagaimana Anda melakukannya?" "Bagaimana kamu mengetahuinya?" "Sepertinya butuh banyak usaha." "Berapa banyak cara Anda mencobanya sebelum hasilnya seperti yang Anda inginkan?" "Apa yang kamu rencanakan selanjutnya?" Mengembangkan mindset berkembang dengan siswa menciptakan cinta belajar dan ketahanan. Bahasa Anda harus mendukung siswa dan membantu mereka percaya bahwa mereka dapat dan akan belajar. Dukung Siswa Anda Jadilah pemandu sorak bagi siswa Anda, beri tahu mereka sesering mungkin bahwa Anda tahu mereka bisa berhasil. Gunakan penguatan positif kapan pun Anda bisa dengan menarik minat mereka. Pelajari apa yang mereka suka lakukan di luar sekolah dan beri mereka kesempatan untuk berbagi minat ini. Biarkan mereka tahu bahwa Anda percaya pada mereka dan kemampuan mereka. Izinkan Revisi Ketika siswa melakukan pekerjaan yang buruk pada suatu tugas, beri mereka kesempatan kedua. Biarkan mereka merevisi pekerjaan mereka untuk mendapatkan kredit tambahan . Kesempatan kedua memungkinkan siswa untuk menunjukkan bagaimana keterampilan mereka telah meningkat. Revisi mempromosikan penguasaan pembelajaran. Dalam merevisi pekerjaan mereka, siswa mungkin merasa seolah-olah mereka memiliki kontrol lebih. Anda dapat memberi mereka bantuan tambahan—mengingatkan siswa tentang harapan Anda terhadap tugas atau proyek—dalam perjalanan mereka mencapai tujuan yang telah Anda tetapkan untuk mereka. Tonton Sekarang Aturan Kelas yang Bermanfaat .